Pemuda Belanda-Indonesia siap beraliansi dalam penanggulangan dampak climate change

0

Oleh: Wati Chaeron 

Pada tanggal 27 Februari 2019, Aula Nusantara KBRI Den Haag menjadi panggung pertemuan para pemuda serta simpatisan Belanda dan Indonesia untuk membagi pengalaman dan pemikiran pasca konferensi COP24 (“The 24th United Nations Conference of the Parties to the UN Framework Convention on Climate Change”) yang telah berlangsung di Katowice, Polandia pada Desember 2018 lalu. Maksud pertemuan tersebut juga untuk mengeksplorasi potensi kerja sama antarpemuda kedua negara menuju COP25 yang akan diselenggarakan di akhir tahun 2019 di Chili. Acara pertemuan ini diselenggarkan oleh inisiator Yanti Kusumanto (pemilik TYK research & action consulting), KBRI Den Haag dan Energy Academy Indonesia (ECADIN) 

Acara pertemuan di KBRI dibuka oleh kata-kata inspiratif dan penyemangat oleh Dubes RI I Gusti Agung Wesaka Puja. Beliau menitikberatkan bahwa perubahan iklim bukanlah instrumen politik melainkan permasalahan nyata akibat ulah manusia. Yang diperlukan dalam menanggulangi masalah perubahan iklim adalah pemimpin yang bijaksana, tegas dalam menjalankan kebijakan, dan pandai menggerakkan kewaspadaan masyarakat.

Yanti Kusumanto meneruskan acara dengan memberikan penjelasan singkat tentang perkembangan konferensi-konferensi tingkat tinggi (KTT) Climate Change yang dimulai di Rio de Janeiro tahun 1992. Salah satu konferensi yang mengandung kesepakatan penting dari rangkaian konferensi tersebut adalah KTT perubahan iklim yang menghasilkan Perjanjian Iklim Paris 2015. Dalam perjanjian ini disepakati bahwa kenaikan suhu bumi diupayakan ditekan hingga di bawah 2 derajat Celsius pada masa pra-industri dan bahkan harus diupayakan hingga 1,5 derajat Celsius dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu, sistem penghitungan karbon dan pengurangan emisi harus terjadi secara transparan. Menurut Yanti, COP24 telah berhasil melahirkan momentum untuk merealisasi perjanjian ini karena 3 pokok pembahasan yang mencakup peraturan (rules), ambisi (ambition) dan keuangan (finance).  

Dalam pembahasan perihal ambisi, para pakar berpendapat bahwa peran aktif pemuda dalam memerangi dampak perubahan iklim sangat diperlukan karena kehidupan merekalah yang akan merasakannya. Keenam pemuda yang menjadi pembicara di acara KBRI bersepakat bahwa partisipasi para ilmuwan dan masyarakat umum merupakan faktor terpenting untuk menggarap masalah perubahan iklim secara keseluruhan. Dari pihak para ilmuwan diperlukan platform yang membicarakan kasus-kasus tertentu yang harus diselesaikan secara keseluruhannya melalui optik multidisiplin. Pendidikan mengenai permasalahan perubahan iklim harus ditingkatkan di bangku-bangku sekolah dan bersifat partisipatif dan dinamis. Sementara dari pihak aktivis, kewaspadaan dari pihak-pihak konsumen, kemasyarakatan, pemerintahan, industri, dan pengusaha harus lebih komprehensif. Selain itu, gerakan-gerakan yang bersifat bottom-up harus difasilitasi dan dipadatkan untuk mempercepat implementasi kebijakan dan proses berjalan secara transparansi.

Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan pembentukan tiga kelompok diskusi untuk membuka pokok-pokok permasalahan yang masih harus digarap. Persoalan-persoalan yang telah disebutkan di antaranya:

  • Kemasan produk dari sumber yang penuh risiko (plastik, kayu dari sumber tidak bertanggungjawab, bahan kimia, dll.) harus dihindarkan. Diperlukannya peningkatan inovasi atas material yang ramah lingkungan untuk menjaga kesehatan manusia.
  • Pertukaran pengetahuan. Diperlukannya sebuah knowledge hub yang menjadi tempat pertemuan antara para ilmuwan dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan tentang aktivitas sehari-hari, seperti penggunaan air, energi, makanan, transportasi, dan lain sebagainya.
  • Kerja sama antara pihak utara dan pihak selatan, di mana kemitraan antara Belanda dan Indonesia dapat dijadikan contoh untuk dunia. Kedua negara ini sudah bertahun-tahun membangun sinergi dalam bidang budaya, ekonomi, pendidikan, politik, dan teknologi. Tiang-tiang kerja sama ini dapat dijadikan instrumen untuk menanggulangi permasalahan perubahan iklim yang memberi dampak kedua negara ini.

Tentu masih banyak sekali topik-topik pembicaraan, namun satu hal penting yang sangat menonjol pada malam itu yaitu ambisi. Dengan ambisi para pemuda, khususnya pemuda Belanda dan Indonesia serta kontributor hadirin lainnya, dunia akan menyaksikkan pendekar-pendekar yang akan mendobrak masalah perubahan iklim guna memperbaiki kualitas hidup generasi-generasi mendatang.

SHARE.
Share.

About Author

Leave A Reply